April 2012 baru-baru ini saya diundang untuk mengikuti lokakarya yang diselenggarakan oleh ACIAR di Mataram, NTB. Topik lokakaryanya adalah pemilihan komoditas yang akan ditangani rantai nilainya (value chain-nya) untuk menurunkan kemiskinan di perdesaan. Setelah melalui perdebatan, dari tiga provinsi yang terlibat, yaitu Jawa Timur, NTB, dan NTT, berhasil ditetapkan tiga komoditas prioritas, yaitu jagung, sapi, dan kopi. Dari segi pemilihan komoditas, saya sebenarnya kurang sependapat bahwa ketiga provinsi harus dialokasikan komoditas yang sama (meskipun rekan saya dari Bappeda Provinsi NTT senang karena komoditas unggulan Anggur Merah masuk di di antara komoditas terpilih). Pemilihan komoditas merupakan satu persoalan, tetapi mengurangi kemiskinan adalah persoalan lain. Bagi saya, kemiskinan di Indonesia bukanlah sekedar persoalan rantai nilai komoditas. Kemiskinan di Indonesia merupakan persoalan struktural yang jauh lebih kompleks yang terpusat pada manusianya sendiri. Sepanjang cara pikir manusianya tidak berubah maka kemiskinan akan selalu tetap ada.
Saya ditugaskan menjadi narasumber pada Pelatihan Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan yang diselenggarakan oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Sumba Barat Daya bertempat di Kantor Dinas Perkebunan pada Selasa-Jumat, April 2012. Saya menjadi narasumber bersama dengan seorang rekan dosen lainnya, yaitu Ibu Ir. Titik Sri Harini, MP. Saya membawakan materi bidang penyakit tumbuhan dan pengambilan sampel, sedangkan Ibu Titik membawakan materi bidang hama. Sebelum memberikan pelatihan, saya diwanti-wanti oleh Kepala Dinas agar menyampaikan materi dengan bahasa yang sesederhana mungkin dengan alasan bahwa petugas yang mengikuti pelatihan berasal dari kampung. Ternyata peserta pelatihan banyak yang sarjana, bahkan ada di antara mereka yang dahulu merupakan mahasiswa saya.
|
ArchivesKategori
All
Blog Saya Lainnya
|